.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Rabu, 28 November 2018

Ingin Bangun Kesadaran dan Persepsi Positif Industri Sawit, PWI Gandeng GAPKI Gelar Workshop Jurnalistik


Balikpapan, NMK-Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bersama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonrsia (GAPKI) membahas industri kelapa sawit guna meningkatkan pemahaman para wartawan dan netizen di Balikpapan.

Pembahasan industri yang masih dipandang kontra sebagian netizen ini dikemas dalam Workshop Jurnalistik, dengan menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan.

Worksop ini menghadirkan Ketua Bidang Komunikasi DPP GAPKI  Tofan Mahdi, Achmad Maulizal S Corporate Secretary BPDP KS dan Muhamad Ihsan Pemimpin Umum Warta Ekonomi.

Salah satu yang mencuat dalam pembahasan ini adalah faktor yang mempengaruhi harga sawit yang acap kali dijadikan komoditas hoaks (berita bohong) oleh pihak yang tidak senang dengan industri yang satu ini.

"Memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi anjloknya harga sawit, seperti: over suply atau kelebihan pasokan, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, kampanye negative yang dilakukan kalangan tertentu dari negara Eropa dan Amerika dan  bea masuk yang tinggi oleh negara-negara tertentu seperti India serta rendahnya daya serap pasar dalam negeri", jelas Tofan dalam pemaparannya pada Workshop Jurnalistik di Swiss Bell Hotel Balikpapan, Rabu (28/11).

Kendati demikian semua faktor itu bersifat sementara saja atau kondisional dan pada saat tertentu harga sawit  akan pulih kembali yang dapat mendongkrak perekonomian rakyat.

Tofan meyakinkan peserta dengan mengutip sebuah ayat Alquran, " Dibalik kesulitan akan ada kemudahan".

Sementara Asmal Arif dari DPD GAPKI Kaltim menyanggah anggapan yang negative terhadap industri sawit.

Pasalnya, kehadiran industri sawit acap kali berbenturan dengan tatanan kehidupan masyarakat setempat, seperti sengketa lahan yang nota bene merupakan berstatus tanah adat.

Kendati demikian Asmal mengakui bahwa dari sekitar 400 perusahaan sawit di Kaltim, baru 95 perusahaan yang tergabung dalam GAPKI. Jadi GAPKI Kaltim, jelas, Asmal hanya mewakili 23,75% dari total keseluruhan perusahaan sawit yang beroperasi di Kaltim.

"Kalaupun ada perusahaan sawit seperti itu jangan salahkan sawitnya, tapi proteslah kepada yang memberikan izin usaha", ungkap Asmal.

Sedangkan Maulizal mengatakan bahwa sala satu awarness atau kesadaran terkait industri  yang patut dicatat adalah kehandalannya.

"Indonesia pernah menjadi produsen utama tujuh jenis komoditas perekebunan strategis, tapi sekarang hanya sawit yang masih menjadi komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia", ungkap Mulizal.

Apa lagi, menurut Asmal, produk dari sawit yang diversifikasinya atau turunannya ratusan lebih jenisnya menjadi kebutuhan manusia 1x 24 jam. " Sawit ini sudah menjadi kebutuhan orang mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi", tegas Asmal. (naim)

Tidak ada komentar: