.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Selasa, 24 Oktober 2017

Pasca Air Sungai Ampal Berubah Warna, PDAM akan Evaluasi Internal Manajemen

BALIKPAPAN, NMK - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), akan dilakukan evaluasi internal. Hal ini disampaikan Direktur Utama PDAM Kota Balikpapan, Haidir Effendi, di Lapangan Merdeka usai upacara hari santri nasional, Minggu (22/10/2017). menyusul berubahnya warna Sungai Ampal, Kelurahan Damai, Kota Balikpapan,  oleh residu kapur batu gamping .

Pihaknya akan melakukan penyegaran, atau rotasi kepegawaian yang membidangi buangan limbah. "Mau kita periksa dahulu. Kami tetap kedepankan asas praduga tak bersalah. Yang salah tentu akan salah. Yang benar tidak harus disalahkan," ujarnya. Tindakan pencegahan supaya tidak terulang lagi tentu dilakukan evaluasi internal, melihat sejauh mana perkembangannya.

Apalagi di dalam PDAM, ada tim penilai prosedur dan analisis keselamatan kerja. Pastinya dugaan sementara, proses pembuangan limbah sudah sesuai prosedur namun ada titik kesalahan. "Sudah berusaha mengikuti prosedur, tapi ada kesalahannya. Ini yang akan kita perbaiki," tutur Haidir.

Menurut dia, buangan sisa gamping ke sungai dianggap tidak berbahaya. Kebetulan saja saat itu sungai sedang surut, akhirnya buangan gamping jadi terlihat lebih pekat.
Saat ditanya mengenai adanya temuan ikan-ikan mati di sungai tersebut, Haidir menegaskan, perlu ada kajian lagi. Belum tentu ikan-ikan mati itu disebabkan buangan dari PDAM. "Harus diteliti lagi. Dipastikan, jangan menduga-duga. Sungai di situ memang sudah tidak bagus airnya. Banyak limbah," kata Haidir.

Walauppun sejauh ini PDAM,  belum mendapat teguran secara lisan dari Wali Kota yang kapasitasnya sebagai pimpinan kepala daerah. "Mungkin Pak Wali sudah menyurat ke kami tapi belum sampai ke saya. Saya sendiri juga belum mendapat instruksi soal ini," ungkap Haidir.

Sebelumnya, Suryanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, menuturkan, dari hasil koordinasinya dengan Direktur Utama PDAM Kota Balikpapan, Haidir Effendi beberapa saat setelah kejadian diketahui, PDAM Balikpapan memang rutin membuang limbah hasil pengolahan air bersih warga dua kali dalam sehari di saluran pembuangan umum.

"Jadi itu bukan kaporit, tapi kapur gamping yang jadi bahan PDAM buat netralisir air. Bongkahan itu (kapur gamping) harusnya dikarungi, dikelola sebagai bahan B3 (Bahan Beracun Berbahaya-pen). Nah oleh petugas (PDAM) disiram air, jadi cair," kata Suryanto.

Suryanto menjelaskan lagi, setelah dibungkus karung, limbah gamping tersebut sesuai prosedur akan dibawa ke instalasi pengolahan limbah di Manggar dan ditangani sebagai limbah B3. "Tapi, ini ada keteledoran anak buahnya. Penjelasan Pak Haidir (Dirut utama PDAM Balikpapan), selalu buang limbah dua kali sehari. Limbah yang sudah diukur dan sudah aman terhadap lingkungan baru  dibuang. Kemarin itu, bukan limbah yang rutin mereka buang. Itu limbah gamping yang harusnya dibungkus karung, sama si petugas supaya gampang, disemprot," jelas Suryanto. (naim)

Tidak ada komentar: