.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Selasa, 19 Juli 2016

Kudeta Militer Turki Gagal

Balikpapan,Monitor Kaltim.com— Upaya kudeta militer di Turki, berhasil digagalkan. Ini ditandai dengan kedatangan Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Istanbul, Sabtu (16/7/2016).

Kegagal ini juga karena rakyat Turki di berbagai kota, tidak menginginkan ada kudeta. Dan, mereka memenuhi panggilan Erdogan untuk turun ke jalan dan menggagalkan upaya perebutan kekuasaan itu.

Pada Sabtu dini hari, seperti dikabarkan Reuters, sekitar 30 prajurit pro-kudeta meletakkan senjata setelah dikepung pasukan polisi bersenjata di Lapangan Taksim, Istanbul.

Para prajurit itu kemudian dibawa dengan menggunakan mobil polisi, sementara jet-jet tempur terbang rendah mengakibatkan getaran di berbagai gedung di kawasan itu.

Dukungan rakyat terhadap Erdogan ini mengakibatkan pelaku kudeta kehilangan momentum. Seruan Erdogan membuat rakyat tak bersembunyi dan malah membanjiri jalanan.

Mereka turun ke jalanan, berkumpul di lapangan-lapangan besar di Istanbul dan Ankara, mengibarkan bendera Turki, dan menyuarakan dukungan kepada pemerintah.

“Kami memiliki perdana menteri, kami memiliki panglima militer, kami tak akan membiarkan negeri ini hancur,” ujar seorang pria di saat sekelompok orang memanjat sebuah tank di dekat Bandara Ataturk, Istanbul.
Sebelumnya, diberitakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikudeta militer, Jumat malam (15/7/2016). Kudeta militer dilakukan ketika Presiden Erdogan sedang berada di Mongoloia.

Kudeta militer di Turki mendapat perhatian Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengungkapkan bahwa dirinya sudah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, terkait kudeta militer di Turki.

Dalam hal ini, AS menekankan “dukungan mutlak” terhadap jalan demokrasi di Turki, pemerintahan sipil dan lembaga-lembaga demokratis di sana.

“Amerika Serikat mengamati seksama ketegangan di Turki. Kami memonitor setiap perkembangan,” tulis Kerry dalam surat resmi Deplu AS bertanggal 15 Juli 2016.

Dalam surat itu Kerry mengaku sudah berbicara dengan Menlu Turki sekaligus untuk menyampaikan penentangan terhadap kudeta militer tersebut.

Kerry juga meminta semua pihak menjamin keselamatan para staf diplomatiknya yang berada di Turki. Pihaknya terus melakukan pengumpulan data warga negara AS yang berada di Turki.

Kerry juga meminta warga negaranya untuk tetap berada di dalam tempat tinggal atau perlindungan dan senantiasa berusaha untuk memberi kabar kepada keluarga dan teman masing-masing.

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terpaksa menggunakan fitur video chat iPhone, FaceTime, untuk berbicara mengenai kondisi darurat di negaranya.

Dia menggunakan FaceTime dalam sebuah wawancara dengan CNN Turk, mitra jaringan CNN di Turki.

Wawancara berlangsung live di tengah malam waktu setempat di Turki dengan Kepala cabang CNN Turk di Ankara, Hande Firat.

“Pergi ke jalan-jalan dan beri mereka (militer) jawaban,” ucap Erdogan dalam wawancara yang diliput langsung oleh media di sana.

Erdogan menegaskan ia tetap presiden dan kepala tentara Turki. “Kami akan mengatasi hal ini,” lanjut Erdogan.

Erdogan meminta para pengikutnya untuk turun ke jalan untuk membela pemerintahannya. Ia juga meyakinkan bahwa komplotan kudeta akan membayar harga yang berat atas tindakan mereka.

Erdogan mengatakan ia dengan cepat akan kembali ke Ankara dan bergabung bersama rakyatnya untuk melawan kudeta.
Seorang dari kalangan pejabat mengatakan Erdogan berbicara dari kawasan Marmaris, wilayah wisata pantai Turki, di mana ia sedang berlibur.

Sebelumnya sempat diberitakan bahwa Erdogan menyerukan perlawanan dari Mongolia, negara terakhir ia melakukan kunjungan kenegaraan. (MK)

Tidak ada komentar: