BALIKPAPAN,NMK – Seperti yang diberitakan sebalumnya, rencana groundbreaking proyek desalinasi air laut yang sebelumnya ditargetkan 17 Agustus mendatang terancam molor.Sebagaimana yang disampaikan Direktur Utama PDAM Tirta Manggar Haidir Effendi, proses groundbreaking masih menunggu kelengkapan administrasi termasuk proses lelang.
“Secara teknis sebenarnya sudah siap. Namun secara administrasi memang masih ada beberapa hal yang mesti diselesaikan,” terangnya belum lama ini.
Kendati mengaku pesimistis dapat terealisasi pada Agustus, Haidir menerangkan tetap berupaya untuk merealisasikan pelaksanaan groundbreaking proyek tersebut tahun ini. “Kami upayakan. Hanya saja molor satu dua bulan,” kata dia.
Sebagai informasi, menurut Haidir, desalinasi adalah alternatif yang paling memungkinkan untuk menggantikan air baku. Ada beragam alasan, namun yang paling utama karena Kota Minyak memiliki ketersediaan air laut. Selama ini potensi tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Kedua, teknologi desalinasi sudah tersedia. Artinya mudah dan bisa diterapkan di Balikpapan. Sebab berdasarkan keterangan PT Inti Sukses Bersama (ISB) selaku pemrakarsa, beberapa kota tetangga di Pulau Kalimantan ternyata mulai ikut melirik potensi desalinasi.
Haidir menyebutkan, rencananya desalinasi dengan teknologi reverseosmosis (RO) berkapasitas produksi 50 liter/detik. Dengan angka sebesar itu, dia menyebutkan, bisa menjadi peluang bagi lima sampai enam ribu pelanggan baru. Tentunya ini sudah melalui perhitungan potensi, baik secara ekonomis dan teknis dalam Feasibility Study (FS).
Sehingga produk desalinasi yang ditawarkan nanti masih masuk akal untuk dijual ke pasar. Artinya dari sisi harga pelanggan mampu membayar. Maka saat pelaksanaan perlu perhitungan pasti di mana lokasi sumber air baku desalinasi ini. Sebab akan berpengaruh pada biaya produksi dan sebagainya.
Dia membeberkan, saat ini perhitungan rata-rata harga eksisting air sekira Rp 9 ribu per meter kubik. Namun sesungguhnya, harga jual tersebut sudah bervariasi. Mulai dari Rp 2 ribu per meter kubik hingga Rp 15 ribu per meter kubik. Sehingga berapa harga jual air desalinasi nanti tetap menggunakan strategi subsidi silang. Semua masih dalam tahap negosiasi.
Haidir menegaskan, adanya sumber air baku alternatif dari air laut bukan sebagai backbone alias sumber air utama. Dia kembali mengingatkan, desalinasi hanya untuk membantu kebutuhan air terpenuhi. Pihaknya masih berharap agar Waduk Teritip secepatnya bisa berjalan sesuai target pada 2018. Fokus utamanya adalah mendatangkan air dulu untuk mencukupi kebutuhan. Sehingga kapasitas antara supply dan demand seimbang. (naim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar